-->

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN KLOROFIL PAKCOY (Brassica rappa L) PADA BEBERAPA KONSENTRASI AB MIX DENGAN SISTEM WICK

 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN KLOROFIL PAKCOY
(Brassica rappa L) PADA BEBERAPA KONSENTRASI AB MIX DENGAN SISTEM WICK

Optimasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk Budidaya Sayuran Hidroponik: Solusi Meningkatkan Kualitas Gizi Pangan

Sehat adalah kebutuhan penting bagi setiap individu, namun tidak semua orang menyadari pentingnya menjaga pola hidup sehat. Salah satu langkah yang dapat diambil untuk mendukung gaya hidup sehat adalah dengan memperhatikan konsumsi makanan bergizi, terutama sayur dan buah lokal yang tersedia di sekitar kita. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes, 2017) telah mengkampanyekan gerakan hidup sehat yang meliputi kebiasaan makan sayur dan buah setiap hari. Sayangnya, kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi makanan mulai menurun.

Untuk mencapainya, kemandirian pangan menjadi kunci utama dalam mencukupi kebutuhan gizi, terutama kebutuhan sayuran. Salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah mengoptimalkan pemanfaatan lahan pekarangan di sekitar rumah untuk menanam berbagai jenis sayuran. Tanaman sayuran, seperti pakcoy, merupakan sumber penting vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh, seperti betakaroten, protein, lemak nabati, karbohidrat, serat, serta vitamin A dan C yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.

Pakcoy
Pakcoy

Tantangan dalam Budidaya Sayuran di Luar Musim

Namun, pengembangan budidaya sayuran di luar musim masih menghadapi berbagai kendala. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya pengetahuan dalam mengelola budidaya tanaman, serta kurangnya perhatian terhadap kebutuhan nutrisi yang tepat untuk tanaman. Akibatnya, kualitas dan kuantitas produksi sayuran menjadi menurun.

Sebagai solusi, penting untuk melakukan budidaya tanaman sayuran dengan menggunakan metode yang dapat memastikan kualitas dan hasil yang optimal. Salah satunya adalah budidaya tanaman sayuran dengan sistem hidroponik, yang memungkinkan untuk menghasilkan produk sayuran berkualitas tinggi dan berproduksi secara kontinu meski berada di luar musim.

Keuntungan Sistem Hidroponik dalam Budidaya Sayuran

Hidroponik adalah salah satu sistem budidaya yang mulai banyak diterapkan oleh masyarakat, terutama di daerah dengan keterbatasan lahan. Sistem ini dapat mengatasi masalah degradasi tanah dan berbagai kendala lainnya yang dihadapi dalam pertanian konvensional. Salah satu keuntungan utama hidroponik adalah kontrol yang lebih baik terhadap hama, serta mengurangi risiko erosi, kekeringan, atau ketergantungan pada kondisi alam.

Sistem hidroponik juga dapat diterapkan pada lahan yang terbatas, menjadikannya solusi ideal untuk masyarakat perkotaan. Penggunaan pupuk pun lebih efisien, dan tanaman dapat diproduksi dengan harga jual yang lebih tinggi. Berbagai sistem hidroponik dapat dipilih, seperti sistem NFT, drip irigasi, wick, aeroponik, dan DWC, yang masing-masing memiliki keunggulan tersendiri (Roidah, 2014).

Mengenal Sistem Wick dalam Hidroponik

Salah satu sistem hidroponik yang relatif sederhana dan mudah untuk diterapkan adalah sistem wick. Sistem ini menggunakan prinsip kapilaritas air, di mana larutan nutrisi mengalir menuju akar tanaman melalui sumbu (Hidayati et al., 2017). Sistem ini sangat menguntungkan karena perawatannya mudah dan tidak memerlukan penyiraman yang intensif, sehingga sangat cocok untuk pemula atau mereka yang baru mulai mencoba budidaya hidroponik.

Peran Nutrisi dalam Keberhasilan Hidroponik

Keberhasilan budidaya tanaman hidroponik tidak hanya bergantung pada sistem yang digunakan, tetapi juga pada kualitas media tanam dan nutrisi yang diberikan. Salah satu nutrisi yang digunakan dalam hidroponik adalah AB Mix, yang terdiri dari campuran unsur makro dan mikro yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Tanpa pemberian AB Mix yang cukup, tanaman akan kekurangan unsur hara mikro seperti Zn, Mo, Fe, Mn, Co, dan B, yang akan berdampak pada pertumbuhannya.

Penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang diberi AB Mix menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang hanya diberi pupuk NPK (Nugraha dan Susila, 2015). Tanaman pakcoy, selada, dan bayam yang mendapatkan AB Mix menghasilkan daun yang lebih banyak dan biomassa yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang diberi pupuk NPK.

Manfaat Klorofil pada Tanaman Sayuran

Daun tanaman, yang mengandung klorofil, berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis. Semakin banyak klorofil yang dimiliki daun, semakin efisien pula proses fotosintesis, yang berujung pada pertumbuhan tanaman yang lebih optimal. Hal ini berpengaruh pada berbagai aspek pertumbuhan tanaman, mulai dari tinggi tanaman, jumlah daun, hingga hasil produksi lainnya (Rizal, 2017).

Dalam budidaya hidroponik, pemilihan konsentrasi nutrisi yang tepat, seperti AB Mix, akan meningkatkan kandungan klorofil dalam daun pakcoy, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas tanaman dan hasil yang diperoleh. Penelitian juga menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi AB Mix dapat mempercepat laju pertumbuhan tanaman, seperti yang terjadi pada tanaman sawi yang ditanam dengan sistem wick (Mushafi, 2016).

Budidaya tanaman sayuran menggunakan sistem hidroponik, terutama dengan penggunaan AB Mix yang tepat, dapat menjadi solusi untuk mengatasi tantangan dalam memenuhi kebutuhan sayuran yang bergizi. Selain itu, sistem ini juga memungkinkan budidaya sayuran yang lebih efisien dan berkelanjutan meskipun dengan keterbatasan lahan. Dengan memahami dan mengoptimalkan berbagai aspek dalam budidaya hidroponik, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat melalui konsumsi sayuran yang bergizi dan berkualitas tinggi.

Jika Anda tertarik untuk memulai budidaya hidroponik di rumah, sistem wick bisa menjadi pilihan yang mudah dan efektif. Dengan sedikit usaha dan perhatian, Anda bisa menikmati hasil pertanian yang berkualitas langsung dari pekarangan rumah.

Baca Juga: POTENSI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BUNGA ANGGREK DI KOTA BATU JAWA TIMUR

DAFTAR PUSTAKA

  1. Agung, S. W. (2013). Pengaruh Pupuk Magnesium (Mg) terhadap Produksi dan Serapan Hara N, P, K, Ca, Mg Tanaman Kacang Hijau di Latosol Darmaga. IPB, Bogor.
  2. Ai, N. S., & Banyo, Y. (2011). Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains, 11, 166-171.
  3. Alamsjah, M. A., Tjahjaningsih, W., & Pratiwi, A. W. (2009). Pengaruh Kombinasi Pupuk NPK dan TSP terhadap Pertumbuhan, Kadar Air dan Klorofil a Gracilaria verrucosa. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 1(1), 103-116.
  4. Danie Indra Yama, & Kartiko, H. (2020). Pertumbuhan Dan Kandungan Klorofil Pakcoy (Brassica Rappa L) Pada Beberapa Konsentrasi AB Mix dengan Sistem Wick. Jurnal Teknologi, 12(1), 21-30.
  5. Campbell, N. A., & Reece, J. B. (2008). Biologi (Edisi Kedelapan Jilid I, diterjemahkan oleh Wulandari). Jakarta: Erlangga.
  6. Cheriany, A. (2014). Perbandingan Produksi Kacang Panjang ‘Merah’ (Vigna sinensis L.) antara Metode Budidaya Sistem Hidroponik, Organik, dan Konvensional. Skripsi, Universitas Lampung.
  7. Dwidjoseputro. (1994). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
  8. Fauzi, R., Putra, E. T. S., & Ambarwati, E. (2013). Pengayaan Oksigen di Zona Perakaran untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Selada (Lactuca sativa L.) secara Hidroponik. Jurnal Vegetalika, 2(4), 63-74.
  9. Gardner, F. P., Pearce, R. B., & Mitchell, R. L. (1991). Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia.
  10. Gashgari, R. K., Alharbi, K., Mughrbil, K., Jan, A., & Glolam, A. (2018). Comparison between Growing Plants in Hydroponic System and Soil Based System. Proceedings of the 4th World Congress on Mechanical and Material Engineering, Madrid, Spain. No. 1 ICMIE 131.
  11. Hidayati, N., Pienyani, R., Fitriadi, Y., & Nanang, H. (2017). Kajian Penggunaan Nutrisi Anorganik terhadap Pertumbuhan Kangkung (Ipomea reptans Poir) Hidroponik Sistem Wick. Jurnal Daun, 4(2), 75-81.
  12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Hari Gizi Nasional 2017: Ayo Makan Sayur dan Buah Setiap Hari. Diakses dari www.kemenkes.go.id pada 8 April 2019.
  13. Kurniawan, M., Izzati, M., Nurchayati, Y. (2010). Kandungan klorofil, karotenoid, dan vitamin C pada beberapa spesies tumbuhan akuatik. Buletin Anatomi dan Fisiologi, 18(1), 28-40.
  14. Maitimu, D. K., & Suryanto, A. (2018). Pengaruh Media Tanam dan Konsentrasi AB-mix pada Tanaman Kubis Bunga (Brassica oleraceae var botrytis L.) Sistem Hidroponik Substrat. Jurnal Produksi Tanaman, 6(4), 516-523.
  15. Mas’ud, H. (2009). Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada. Media Litbang Sulteng, 2(2), 131-136.
  16. Moerhasrianto, P. (2011). Respon Pertumbuhan Tiga Macam Sayuran pada Berbagai Konsentrasi Nutrisi Larutan Hidroponik. Skripsi, Universitas Jember.
  17. Muhadiansyah, T. O., Setyono, S. A., & Adimihardja. (2016). Efektivitas Pencampuran Pupuk Organik Cair dalam Nutrisi Hidroponik pada Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.). Jurnal Agronida, 2(1), 41-46.
  18. Mushafi, M. M. (2016). Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Sawi (Brassica juncea) Akibat Konsentrasi Nutrisi AB Mix yang Berbeda pada Hidroponik Sistem Wick. Skripsi, Universitas Negeri Jember.
  19. Nirmalasari, R., & Fitriana. (2018). Perbandingan Sistem Hidroponik antara Desain Wick (Sumbu) dengan Nutrient Film Technique (NFT) terhadap Pertumbuhan Tanaman Kangkung Ipomoea aquatica. Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan, 9(18), 1-7.
  20. Nugraha, R. U., & Susila, A. D. (2015). Sumber sebagai Hara Pengganti AB Mix pada Budidaya Sayuran Daun secara Hidroponik. Jurnal Hortikultura Indonesia, 6(1), 11-19.
  21. Perwtasari, B., Tripatmasari, M., & Wasonowati, C. (2012). Pengaruh Media Tanam dan Nutrisi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoy (Brassica juncea L.) dengan Sistem Hidroponik. Jurnal Agrovigor, 5(1), 14-25.
  22. Priambodo, V. A., Yunus, A., & Harjoko, D. (2014). Pengaruh Interval Pemberian Nutrisi dan Penambahan Giberelin pada Pertumbuhan dan Pembungaan Krisan. Jurnal Agro Res., 3(2), 1-6.
  23. Rizal, S. (2017). Pengaruh Nutrisi yang Diberikan terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica rapa L.) yang Ditanam secara Hidroponik. Jurnal Sainmatika, 14(1), 38-44.
  24. Rizkiaditama, D., Purwanti, E., & Muizzudin. (2017). Analisis Kadar Klorofil pada Pohon Angsana (Pterocarpus indicus Willd). Di Kawasan Ngoro Industri Persada (NIP) Ngoro Mojokerto sebagai Sumber Belajar Biologi. Prosiding Seminar Nasional III Tahun 2017, Universitas Muhammadiyah Malang.
  25. Roidah, I. S. (2014). Pemanfaatan Lahan dengan Menggunakan Sistem Hidroponik. Jurnal Universitas Tulungagung BONOROWO, 1(2), 43-50.
  26. Sesmininggar, A., & Susila, A. D. Optimasi Konsentrasi Larutan Hara Tanaman Pak Choi (Brassica Rapa L. Cv. Group Pak Choi) Pada Teknologi Hidroponik Sistem Terapung. Bogor: IPB.
  27. Sitompul, S. M., & Guritno, B. (1995). Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta: UGM Press.
  28. Sundari, I. R., Hariadi, U. S. (2016). Pengaruh POC dan AB Mix terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoy (Brassica chinensis L.) dengan sistem Hidroponik. Magrobis Journal, 16(2).
  29. Suroto. (2002). Pengaruh Penambahan Bahan Organik, Dolomit dan KCl terhadap Kadar Klorofil dan Dampaknya pada Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.). Jurnal BioSMART, 4(2), 36-40.
  30. Susanto, R. (2002). Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.
  31. Wu, M., & Kubota, C. (2008). Effects of High Electrical Conductivity of Nutrient Solution and Its Application Timing on Lycopene, Chlorophyll and Sugar Concentrations of Hydroponic Tomatoes during Ripening. Journal Scientia Horticulture, 116(2), 122-129.

File Download : Download Disini

LihatTutupKomentar